Misi M-DOCS adalah Mengabarkan Indonesia

Memasuki pertengahan tahun, awak M-DOCS makin mempertajam misi untuk mengabarkan Indonesia di mata dunia melalui film dokumenter. Memasuki pertengahan Juni ini, delapan film yang diproduksi oleh awak M-DOCS tengah berkeliling di pelbagai festival di luar negeri, sekaligus mencatatkan keberdaan film-film itu di katalog Internet Movie Database (IMDb) milik e-commerce ternama Amazone.

Untuk sementara ini, pencapaian tertinggi diraih film My Beloved Atjeh (Atjeh Lon Sayang) karya Founder M-DOCS syaiful HALIM yang berhasil menembus babak semifinal Ekurhuleni International Film Festival 2016 di Benoni, Gauteng, Afrika Selatan [baca: "My Beloved Atjeh" Masuk Semifinal Ekurhuleni International Film Festival 2016 di Afrika Selatan]. 

Saat menunggu azan maghrib, M-DOCS berkesempatan berbincang banyak dengan Founder M-DOCS syaiful HALIM untuk mendiskusikan perjalanan komunitas penggiat film dokumenter ini. Berikut ini petikan wawancara antara M-DOCS dan syaiful HALIM.

Sepertinya Dewi Fortuna terus berpihak kepada M-DOCS?
Alhamdulillah, kami cuma berpikir untuk terus bergerak dan menyampaikan karya-karya itu ke tempat yang benar. Soal hasil, kan sudah ada yang mengatur. Kita hanya berikhtiar dan terus berikhtiar.

Film My Beloved Atjeh justru makin mendapatkan tempat di mata publik?
Sejauh ini, bisa dikatakan, iya. Film ini berhasil menembus babak semifinal Ekurhuleni International Film Festival 2016 di Afrika Selatan. Di festival yang sama, tiga film lain, yakni The Candidate, The Legend of Pang Tjin Nio, dan Forever A Pearl, juga masuk official selection.  

Tapi di belakang My Beloved Atjeh, tujuh film produksi M-DOCS lainnya juga berkesempatan mengikuti kompetisi dengan status official selection, baik untuk festival yang telah berlangsung atau yang akan berlangsung. Jadi masih besar kemungkinan akan terjadi perubahan status dari official selection menjadi semifinalist, finalist (nominator), bahkan winner!

Justru melebihi prestasi film The Candidate (Mendadak Caleg) yang justru pernah berjaya di Festival Film Indonesia 2015 lalu?
Untuk prestasi di luar Indonesia, memang benar. Malah My Beloved Atjeh dan The Legend of Pang Tjin Nio bisa lolos di Beijing International Film Festival 2016 di Beijing, Tiongkok. Lantas, The Legend of Pang Tjin Nio dan Forever A Pearl juga masuk seleksi di Golden Frames 2016 di Mumbai, India. Unik, memang. Justru, film dokumenter panjang terbaik kami kalah oleh film dokumenter pendek kami sendiri, hahaha...

Itulah uniknya festival film dokumenter. Tidak ada standar baku yang bisa menjelaskan film bagaimana yang bisa menang dan kalah di sebuah festival. Karena itu kami harus berusaha dan terus berusaha, tanpa peduli soal hasil. Kan misi utama kami adalah mengabarkan soal Indonesia di mata dunia. Juara itu penting, dapat predikat bagus juga penting, tapi lebih penting dan membanggakan ketika pesan-pesan atau premis tentang Indonesia itu menyebar dan diserap publik di belahan lain.

Jadi, hingga awal tahun depan, masih cukup banyak festival-festival yang diikuti oleh film-film kami. Bahkan, dua film lain yang tengah diproduksi pun diagendakan untuk mengikuti festival-festival itu. Total bakal ada sepuluh film produksi M-DOCS yang berlaga di pelbagai festival film dokumenter di dalam dan luar negeri.

Masih bermain di festival di dalam negeri?
Oh, pasti. Misi untuk mengabarkan tentang Indonesia kan mesti diserap juga oleh publik di Tanah Air. Maka, film-film kami pun disertakan ke sejumlah festival di dalam negeri, seperti Arkipel 2016, Sodoc 2016, API 2016, juga FFI 2016. Ya, semoga saja mendapatkan hasil terbaik...

Di luar kiprah kami di ajang festival, kami juga harus menggarisbawahi keberhasilan teman-teman mencatatkan film-film M-DOCS di katalog Internet Movie Database (IMDb). Selain itu, nama-nama filmmakernya juga ikut tercatat, baik awak yang baru berkiprah di M-DOCS maupun teman-teman yang dulu pernah membantu saya memproduksi film dokumenter [baca: Film Founder M-DOCS Masuk IMDb]. Ini juga capaian prestasi yang tidak main-main, menurut saya.

Tanpa terasa azan maghrib sudah di telinga. Perbincangan kami pun berakhir dengan berbuka puasa bersama.[]


Info lainnya, kunjungi DOKUMENTASI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar