Resolusi 2017: Tetap Bercerita tentang Indonesia


Tiga Desember lalu bertepatan dengan tiga tahun perjalanan M-DOCS sebagai komunitas penggiat film-film dokumenter. Selama rentang tersebut, kreativitas menjadi kata kunci utama. 

Di bidang produksi, komunitas ini telah menghasilkan satu film pendek, satu film dokumenter panjang, enam film dokumenter pendek, merelaunch lima film dokumenter produksi Matahati Production, dan tengah menuntaskan tiga film dokumenter terbaru sebagai bagian dari program M-DOCSIAN. Sementara di bidang distribusi, para Rajawali juga telah menyertakan film-film tersebut ke sejumlah festival di dalam dan luar negeri, serta menggelar sejumlah kegiatan screening di berbagai tempat.

Hasil sementara: satu Award Winner (FFI 2015); satu Honorable Mention (10th Documentary Days); enam Award Nominee (AFI 2016, BIFF 2016, ISMPF 2016, dan FFI Berkemajuan 2016); 13 Award Finalist (Industry Boost Competition 2016 dan Equality Festival 2016); empat Award Semi-Finalist (Super 9 Mobile Festival 2016, 6th Annual iPhone Film Festival, dan SABC Erkuhuleni International Film Festival 2016; serta Official Selection di sejumlah festival. Selain itu, jangan abaikan juga keberadaan stasiun televisi komunitas MERCU TV, yang juga dirintis dan pernah dikelola oleh para Rajawali M-DOCS.

Sebagai refleksi untuk sukses demi sukses itu, M-DOCS berkesempatan membincangkannya dengan Founder M-DOCS Syaiful HALIM, sambil menikmati teh manis pas pagi, Ahad (25/12).    

Tiga tahun yang luar biasa?

Buat kami, sangat sangat luar biasa dan sangat layak disyukuri. Tiga tahun itu waktu yang pendek dan terlalu muda untuk sebuah komunitas. Tapi, bila dihubungkan dengan capaian demi capaian, M-DOCS seakan telah menempuh usia lebih dari sepuluh tahun. 

Tidak semua orang atau komunitas mampu merintis dan mengelola sebuah stasiun televisi komunitas. Terlebih lagi secara swadaya. Tapi, kami telah membuktikan, kami sanggup.

Tidak semua orang dan komunitas mampu memproduksi, mendistribusi, memperoleh penghargaan dan sejumlah laurel, serta terus melakukan kegiatan-kegiatan secara kontinyu. Persisnya, terkait pembinaan dan pemberadayaan sumber daya manusia. Dan, kami telah membuktikan, kami konsisten.

Catatan terpenting sebagai refleksi akhir tahun?

Untuk internal, kami harus terus berbenah. Kami harus istiqomah untuk terus membina, memberdayakan, dan meraih capaian-capaian tertentu sebagai pembuktian atas niat M-DOCS melakukan pengembangan SDM, khususnya para filmmaker muda. Hasil yang paling gampang dilihat adalah kualitas film-film yang diproduksi dan kualitas apresiasi yang didapat.

Tahun ini, M-DOCS berhasil "melahirkan" Terrizqo Arief Sutansyah (sutradara The Jawara, Harvest Moon Ritual, dan Nightfly, red), Adinda Assyfa Kamalia (sutradara Dangdut is My Music, red), Tasya Arsyta Putri Kahfi (sutradara Downtown dan The Stories of ++, red), Asrizal Rizki Akbar (sutradara Nightfly 2, red), Lusie Natio Tobing (sutradara Grass of Road, red), juga Anak Agung Sagung Vivi Widyanti (sutradara The Stories of ++, red). Sekarang nama mereka telah tercantum di katalog Internet Movie Database (IMDB) beserta sejumlah penghargaan atas karya mereka. Ini kan dasyat, namanya.

Praktis, mereka baru setahun belajar dengan serius. Setelah itu, mereka ditantang untuk memproduksi dan mengirimkannya ke sejumlah festival. Dan hasilnya sekarang sudah terlihat.

Ini bukan cuma menjadi kebanggaan mereka atau kami, tapi keluarga mereka, bahkan kampus mereka. Mesti diingat, para Rajawali M-DOCS itu berasal dari berbagai kampus dan ketika mereka memperoleh keberhasilan, otomatis nama kampus mereka juga terangkat. Manfaatnya sangat terlihat, kan?

Sebagai resolusi atas sukses itu, maka perlu peningkatkan kualitas teknis dan ide. Untuk teknis, tentu saja, terkait ketersediaan alat-alat produksi yang harus makin memadai. Catatan atas keikutsertaan kami di sejumlah festival di luar negeri, persoalan teknis tidak bisa dikesampingkan lagi. Ini persoalan yang harus dibenahi.

Untuk mengimbangi persoalan teknis, otomatis penguasaan atas alat-alat produksi juga menjadi penting. Namun bagian terpenting yang selama ini menjadi modal kami adalah pasokan gizi ke kepala. Kami tetap memprioritaskan kualitas ide.


Ada catatan tentang festival-festival yang pernah diikuti?

Intinya, harus selektif. Terutama, untuk festival-festival di dalam negeri. Banyak festival digelar oleh komunitas, lembaga, atau kampus, namun kualitasnya memprihatinkan. Entah itu terkait keberhasilan mengundang peserta dengan film-film yang berkualitas, entah berkaitan dengan kemampuan kurasi yang sekadarnya, serta bentuk penghargaan yang juga sekedarnya.

Keganjilan yang dihasilkan dari festival semacam ini, karya-karya yang mendapatkan posisi nominasi pun terbilang tidak terlalu bagus. Parahnya lagi, gelar award winner pun pasti diberikan kepada peserta dari kampus atau kota yang menjadi penyelenggara festival. Ini tidak sehat.

Kami tetap mengirimkan ke festival semacam ini, karena kembali ke misi kami untuk mengabarkan keberadaan M-DOCS ke banyak tempat seraya memperlihatkan gagasan-gagasan kami tentang Indonesia ke banyak tempat. Pada titik ini, kami abai atas persoalan kemenangan atau juara. Intinya, kami sangat memberi perhatian lebih pada misi untuk menceritakan Indonesia di mata dunia!

Untuk tahun depan, resolusi kami terkait konteks ini, selektif memilih festival dan berupaya mendukung festival-festival baru yang sekiranya bisa mendukung pengembangan film dokumenter yang makin berkualitas.

Barangkali ada rencana untuk membuat festival sendiri?

Kami masih menghitung potensi ke arah sana sambil menunggu ketertarikan pihak-pihak di sekitar kami, untuk terlibat dan mendukung penuh kegiatan semacam ini. Dalam bayangan kami, M-DOCS akan membuat festival yang memfokuskan pada film dokumenter, entah film dokumenter pendek atau dokumenter panjang, entah ditujukan kepada pelajar/mahasiswa atau umum. Yang pasti, hanya film dokumenter.

Selain itu, kami memberikan kebebasan menyangkut tema dan format penceritaan. Jadi, potensi film dokumenter naratif dan film dokumenter eksperimental sama besar. Pokoknya, film-film itu harus bercerita tentang Indonesia, masa lalu, masa sekarang, atau masa depan.

Tanpa terasa matahari makin menyengat. Kami pun mengakhiri perbincangan ini dengan memburu bubur ayam yang masih panas di depan kami.[]




Info lainnya, kunjungi DOKUMENTASI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar