Syaiful Halim: Tentang Film Dokumenter Mendadak Caleg dan Festival Film Indonesia 2015

Mendadak Caleg, film dokumenter peraih Piala Citra Festival Film Indonesia 2015 untuk kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik ini memang masih asing di telinga para penikmat film. Tajamnya sorotan media akan film fiksi, membuat film dokumenter sekelas Mendadak Caleg pun luput untuk diekspos. Beruntung, kami tim Cinemags berkesempatan untuk wawancara dengan Syaiful Halim, Produser Eksekutif film dokumenter Mendadak Caleg. Produser Eksekutif yang pada akhirnya juga mengemban posisi produser dan sutradara ini memberikan kisahnya tentang film Mendadak Caleg.

 Q: Apa sih film Mendadak Caleg?

A: Ini film bertutur tentang realitas Pemilu 2014 kemarin, dengan memotret sisi buram politik kita yakni munculnya caleg-caleg dadakan. Ini menarik dijadikan film, untuk melihat potret buram di akar rumput, terutama isu broker politik, money politic, serangan fajar, dan kesungguhan seseorang menjadi wakil rakyat.

Q: Bagaimana awal mula munculnya ide film ini?

A: Pada tahun 2003, saya memproduksi film dokumenter pemilu bertajuk Saat Menebar Mimpi bersama Internews, In-Docs, dan PJTV. Film ini didesain sebagai kelanjutan film saya terdahulu, jadi persisnya Saat Menebar Mimpi Jilid 2. Saya bersama Komunitas M-DOCS—komunitas yang dibangun bersama sejumlah mahasiswa Universitas Mercu Buana Jakarta—merancang lima film, namun yang berhasil diproduksi hanya Mendadak Caleg.

Setelah meriset ke berbagai tempat, kami mendapatkan sosok Mbak Ratna, ibu rumah tangga yang ternyata juga mahasiswa Magister Manajemen di UMB Jakarta dan konsultan tapi “dipaksa” nyaleg oleh teman-temannya. Sekali lagi, ini menarik dijadikan film, untuk melihat potret buram di akar rumput, terutama isu broker politik, money politic, serangan fajar, dan kesungguhan seseorang menjadi wakil rakyat.

Q: Tujuan pembuatan film ini?

A: Literasi politik dan literasi media, serta pelajaran penting bagi mahasiswa-mahasiswa saya soal produksi dokumenter. Tapi tujuan untuk literasi politik dan literasi media lebih kuat. Karena itu, setelah ini kami akan roadshow sebagai langkah implementatif tujuan utamanya.

Q: Berapa lama proses pembuatan film ini?

A: Praktis 1,5 tahun. Masa riset dan syuting sekitar 5 bulan. Sempat terhenti karena kami merintis dan mengelola Mercu TV—televisi kampus di UMB Jakarta. Setelah televisi kampus kami tinggalkan, kami fokus ke paska produksi. Maka, total 1,5 tahun. Itu pun masih utang pemberian subtitle.

Q: Jumlah kru film ini?

A: Sekitar 20 orang.

Q: Apa saja kendala dalam pembuatan film ini?

A: Waktu dan kesibukan lain yang kerap tidak bisa kompromi. Misal, pengelolaan televisi kampus tadi.

Q: Dari mana dana pembuatan film ini?

A: Sebagian besar dari dana pribadi, sedangkan alat-alat produksi milik anggota komunitas. Kami memang tidak mencari donatur karena ingin independen.

Q: Pendapat anda tentang film dokumenter Indonesia saat ini?

A: Masih sama seperti kemarin-kemarin. Komunitas dan penggiatnya masih itu-itu juga. Di kampus, sebagian besar mahasiswa jurusan broadcasting malas mengikuti perkuliahan dan memproduksi film yang bagus. Sebatas mengejar nilai. Akhirnya, jumlah SDM-nya tidak pernah beranjak jauh. Apreasiasinya masih kurang.

Q: Pendapat anda tentang apresiasi untuk Mendadak Caleg dalam FFI 2015?

A: Kalau mengukur dari malam anugerah kemarin, saya sih prihatin. Sepertinya sudah kelaziman, dokumenter sekadar pelengkap sehingga pemberian piala pun dilakukan secara off air. Nah, parahnya kali ini tidak ada pemberian Piala Citra secara on air dan off air. Sekadar diumumkan secara lisan di tengah off air. Jadi, kami mesti “berburu” piala seusai acara. Saya sih jadi prihatin.

Q: Rencana film Mendadak Caleg ke depan?

A: Kami akan roadshow ke kampus-kampus dan komunitas dokumenter, sambil kami coba kirimkan juga ke festival lain di luar negeri.

Q: Rencana pribadi untuk membuat film dokumenter lagi?

A: Kami akan fokus ke dokumenter yang bertutur problem sosial dan budaya. Kebetulan anak-anak sedang on fire.[cinemags]

Link terkait: Trailer mendadak CALEG.

1 komentar: