Dua tahun yang lewat,
mereka sekadar sekumpulan mahasiswa semester satu di sebuah perguruan tinggi
swasta di Jakarta Barat. Mereka masih lugu dan masih belum bisa melepaskan cara
bersikap ala anak SMA.
Barangkali, karena
keluguan itu juga yang membuat mereka ikhlas meluangkan waktu dan pikiran untuk
sebuah komunitas dokumenter bernama M-DOCS.
Bahkan, tiba-tiba mereka menjadi gagah saat menghadapi riak politik di
lingkungan kampus itu.
Ada yang keberatan dengan
keberadaan M-DOCS. Padahal, kami ada
karena ada dorongan dari pejabat di kampus itu untuk membentuk sebuah komunitas
dokumenter.
Kambing hitam paling tepat
untuk menyalahkan situasi itu adalah koordinasi. Katanya, kami kurang
koordinasi, padahal saat itu mereka sudah menyusun proposal dan beraudensi ke
pihak jurusan.
Kami memutuskan gerilya.
Kami ambaikan persoalan politik dan fokus merancang lima film dokumeter bertema
politik. Sulit?
Sudah pasti. Sejatinya mereka
adalah mahasiswa semester satu yang masih buta tentang film dokumenter. Bahkan,
meski dipacu dengan pelatihan-pelatihan singkat, ini tidak menyelesaikan
masalah.
Kadung mendesain dan
khawatir kehilangan momen, founder M-DOCS Syaiful Halim menggaet Doddy Fitoyo Amrih dan Anjar Dewantara, mahasiswa semester dua
dari kelas karyawan, untuk mengeksekusi film Mendadak Caleg.
Ketika masa syuting yang
sekitar lima bulan berakhir, Doddy dan kawan-kawan ditantang kesibukan baru di
kampus itu: merintis stasiun televisi komunitas. Maka, tim Mendadak Caleg dan awak M-DOCS lainnya pun larut dengan
kesibukan baru.
Tidak berhenti sampai di
situ, 30 kru televisi itu juga didaftarkan sebagai anggota Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) Jaya. Maka, para awak M-DOCS
pun resmi menyandang predikat wartawan!
Di tengah pertumbuhan yang
menggelora, ternyata riak politik di lingkungan kampus itu tak pernah surut.
Akhirnya, para awak M-DOCS mundur dan menyerahkan pengelolaan televisi komunitas itu ke
pihak jurusan.
Mundur dari Mercu TV bukan berarti panggung itu usai
karena para awak M-DOCS memutuskan
untuk membenahi kembali rumah lama bernama
M-DOCS. Langkah reorganisasi dilakukan dengan melakukan perombakan pada struktur organisasi.
Para awak M-DOCS sempat memproduksi film pendek
bertajuk Tiga Janji dan menyelenggarakan
screening di sejumlah tempat. Lantas,
film Mendadak Caleg pun kembali
dilirik.
Karena kesibukan dan hal
lain, Doddy sebagai sutradara film itu tidak bisa menuntaskan pekerjaannya.
Maka, founder M-DOCS turun tangan.
Gaya “otoriter” sang founder dan sikap militan awak M-DOCS membuatkan hasil: film Mendadak Caleg terlihat “bentuk”nya setelah persis digarap selama
sekitar 1,5 tahun. Bahkan, film ini juga langsung disertakan ke Festival Film Indonesia 2015 [baca: Piala Citra].
"Menggarap Mendadak Caleg itu butuh energi besar dan jadi pengalaman berharga bagi kami, dengan belajar dan bekerja bersama orang yang tepat," jelas Johannes Sinaga. "Kami bersyukur berada di tim ini dan entah kapan bisa dapat pengalaman berharga seperti ini."
Dewi Fortuna memang
berpihak kepada kami. Film Mendadak Caleg meraih predikat FILM DOKUMENTER
PANJANG TERBAIK pada Festival Film Indonesia 2015 [baca: Mendadak CALEG Raih Piala Citra FFI 2015]. Pencapaian yang tak terduga
dan sangat membanggakan bagi mereka.
Akhirnya, harus kami katakan, predikat FILM DOKUMENTER PANJANG TERBAIK pada Festival Film Indonesia 2015 adalah anugerah yang tak ternilai, sekaligus kado terindah di hari jadi ke-2 M-DOCS!
“Kita bisa bertahan dan
meraih sebagian kecil mimpi kita karena kalian adalah para Rajawali itu!” tegas
founder M-DOCS Syaiful Halim. "Yang paling membahagiakan adalah ketika semua anak-anak saya berkumpul. Doddy dan Anjar pun telah kembali ke rumah kita dan menegaskan bahwa mereka adalah Rajawali M-DOCS."[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar