Awak M-DOCS Ikut Akademi Arkipel

Pertengahan Januari lalu, Forum Lenteng menggelar Akademi Arkipel pertama di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Acara ini bertujuan, untuk mengembangkan kemampuan dalam bidang penulisan, kuratorial, film making, dan kritik film. 

Salah satu Rajawali M-DOCS, Terrizqo Arief Sutansyah, berkesempatan mengikuti acara ini dengan kapasitasnya sebagai penulis. Ini menjadi luar biasa, karena Akademi Arkipel hanya menyediakan enam kursi peserta dari 80 orang pendaftar.

Berikut ini perbincangan hangat antara Terrizqo Arief Sutansyah dan M-DOCS di sela persiapan screening karya-karya M-DOCS 24 Februari mendatang. 

Acaranya luar biasa, ya?
Wah, sangat luar biasa. Terpilih menjadi peserta, sekaligus menyisihkan puluhan peserta dari seluruh Indonesia, biar bagaimana pun merupakan prestasi. Karena itu, acara ini juga menjadi luar biasa.

Oh ya?
Sebelumnya, Akademi Arkipel melakukan seleksi terhadap 80 pendaftar hingga terkuras menjadi enam partisipan terpilih. Masing-masing partisipan yang dipilih mewakili kalangan filmmaker dan penulis. Partisipan yang mewakili fillmaker: Theo Maulana (Surabaya), Muhammad Reza (Jakarta), dan Wahyu Utami Wati (Yogyakarta). Sedangkan partisipan yang mewakili penulis: Fiky Daulay (Yogyakarta), Adi Osman (Padang), dan saya sendiri. 

Acara ini juga turut menghadirkan pemateri dari luar, yaitu: Wimar Herdanto, Tunggul Banjarsari, dan Wicaksono Wisnu Legowo.

Lantas, apa saja rangkaian kegiatan selama empat hari itu?
Hari pertama akademi dibuka dengan screening film I Am the People karya Anna Roussillon, pemenang Arkipel Award Grand Illusion. Hari kedua, akademi dimulai dengan screening dua film pendek Apichatpong. Setelah itu dilanjutkan dengan kuliah
seputar kritik film oleh Akbar Yumni dan Manshur Zikri. 

Hari berikutnya, screening film A Place I’ve Never Been, Private Life of Fenfen, juga Gundah Gundala karya Wimar Hedanto, serta Canggung dan Worked Club karya Tunggul Banjarsari. Hafiz Rancajale selaku Art Director Forum Lenteng juga turut memberikan kuliah. 

Malam harinya, screening film Cemetry of Splendour karya Apichatpong. 

Selanjutnya?
Hari ketiga dibuka dengan pemutaran film Nameless karya Ho Tzu Nyen, dan dilanjutkan dengan kuliah tentang kuratorial oleh Otty Widasari. Usai kuliah, peserta kembali dihidangkan film-film lain. Kali ini, screening film Turah karya Wicaksono Wisnu. 

Malam harinya, akademi menggelar pitching untuk tulisan dan proposal produksi seluruh partisipan. Kami sempat menikmati party di akhir acara, sebelum keesokannya kembali ke Jakarta.

So, dari screening ke screening?
Persis. Kami memang dibiasakan betah menikmati film-film eksperimental yang jarang bisa didapat. Lantas, diskusi demi diskusi. Membahas persoalan ide, teknis, kritik, dan hal-hal lain, yang jujur saja, selama ini belum saya dapatkan di tempat lain.

Selain itu, materi kuliah yang disampaikan para pemateri, termasuk kakak-kakak dari Forum Lenteng, membuat saya makin terbuka tentang dunia film. Khususnya, berkaitan dengan kegiatan produksi dan screening film-film dokumenter yang selama ini kami lakukan. Intinya, ini jadi modal yang berharga untuk membesarkan nama M-DOCS.

Bukankah M-DOCS juga sudah memiliki nama besar?
Untuk ukuran komunitas berusia tiga tahun, memang iya. Beberapa capaian memang sangat menggembirakan dan membanggakan, misal dengan perolehan Piala Citra melalui film Mendadak Caleg. Tapi akademi mengajarkan, winner award bukan satu-satunya capaian dalam kegiatan komunitas film. Bahwa keberhasilan menembus layar screening di festival-festival besar juga salah satu capaian yang membanggakan.

Bersyukur, seluruh langkah para Rajawali dalam memperoleh capaian-capaian itu nyaris telah terpenuhi. Selain memperoleh winner award, sejumlah laurel sebagai bukti prestasi di arena kompetisi, kami juga aktif mengirimkan film untuk discreening di festival ternama, misal prestasi Forever A Pearl dan The Mask Dance of Sujana Arja yang akan discreening di Oregon, Amerika Serikat.

Satu lagi, para Rajawali M-DOCS masih aktif memproduksi film-film dokumenter, rajin menggelar screening dan diskusi, bahkan menggelar workshop untuk kalangan tertentu. Ini memang menjadi bukti: bahwa kita selalu bergerak dan terus bergerak.[]

 M-DOCS

 Info lainnya, kunjungi DOKUMENTASI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar